Month: July 2019

Inter Kibarkan Bendera Putih Untuk Lukaku, Dzeko Jadi Alternatif

Inter Kibarkan Bendera Putih Untuk Lukaku, Dzeko Jadi Alternatif

Inter Milan sudah pesimis untuk mendatangkan bomber milik Manchester United, Romelu Lukaku. Kabarnya mereka akan mencoba mendatangkan Edin Dzeko dari AS Roma.

Labeneamata sendiri sejatinya menjadikan nama Romelu Lukaku sebagai buruan nomor satu. Hal ini dikarenakan manager Antonio Conte sudah sangat ngebet untuk mendatangkan penyerang bertubuh jangkung ke Guiseppe Meazza. Keinginan Conte mendatang penyerang baru pada musim ini bukan tanpa sebab. Ia melihat semua striker Inter tidak memiiliki permainan yang cocok dengan startegi mantan alinatore Juve itu.

Apalagi beberapa pemain seperti Mauro Icardi yang kerap berulah diluar lapangan membuat Conte tidak terlalu tertarik untuk bekerja sama. Ia tampaknya trauma dengan kejadiaan ketika dirinya masih melatih Chelsea dan harus saling berseteru dengan penyerang Diego Costa, yang akhirnya membuat ia harus di pecat dari klub dua musim lalu.

Conte sendiri sudah lama mengidamkan Lukaku, ketika ia masih di Chelsea, ia sudah mencoba mendatangkan sang penyerang ke Standford Bridge. Sayang kala itu ia gagal dan di tingkung oleh rival mereka Manchester United. Kini pelatih berusia 48 tahun itu melihat ada opsi untuk mendatangkan Lukaku dikarenakan penyerang asal Belgia mulai tidak masuk dalam skuat utama Ole Gunnar Solskjaer.

Akan tetapi Skysport Italia menyebutkan jika management Inter sudah mulai mengibarkan bendera putih dalam mendatangkan Lukaku. Mereka menilai jika harga transfer Lukaku sudah tidak wajar, United sendiri mematok bandrol mencapai 80 juta euro bagi klub yang tertarik mendatangkan penyerang mereka. Inter sudah mencoba menawarkan Icardi maupun dengan skema cicilan sayangnya semua tawaran yang di ajukan oleh Inter di tolak semua oleh raksasa Inggris itu. Sehingga membuat Inter menyerah untuk mendatangkan Lukaku. Pada musim ini sendiri neraca keuangan Inter tidaklah terlihat baik. Sehingga membuat mereka mencoba mencari rencana B yakni mendatangkan Edin Dzeko dari Olimpico.

Edin Dzeko sendiri pada musim lalu sempat ingin di datangkan oleh Inter, mereka sudah mencoba menawar mantan striker Manchester City itu 12 juta euro. Namun penolakan yang harus di dapatkan oleh Inter, Roma menganggap tawaran Inter terlalu kecil bagi penyernag utamanya. Akan tetapi pada musim ini klub asal kota mode ini akan kembali menawar penyerang asal Bosnia itu dengan mahar 20 juta euro.

Masa Lalu Begitu Hancur, Tony Stark Menjadi Inspirasi

Robert Downey Jr memang merupakan seorang aktor yang pantas dikatakan salah satu yang terbaik di kancah perfilman Hollywood. Dia bahkan menjadi salah satu aktor termahal yang dilansir oleh majalah Forbes Pada kurun waktu 2012 hingga 2015. Perannya dalam superhero berbaju besi yaknii Iron Man membuat dirinya dikagumi banyak orang Terutama ketika dia bermain dalam film Avengers.

Tapi tahukah kamu jika Robert Downey Jr sendiri juga pernah mengalami masa-masa sulit ia bahkan menjadi salah satu yang terburuk di masa lampau. Sebelum menjadi aktor sukses di abad ini.  ya di masa lalu aktor yang juga membintangi film Sherlock Holmes ini juga pernah mengalami masa keterpurukan. Berikut beberapa masalah yang pernah menimpa aktor berusia 53 tahun ini.

 

Pemakai Narkoba Sejak Usia 6 Tahun

Dalam wawancara Kepada New York times Robert mengungkapkan jika ia sudah menjadi pecandu narkoba ketika masih benar-benar belia. Saat itu usianya masih 6 tahun dan dia sudah bersentuhan dengan obat-obatan. Bahkan ia mengatakan jika ayahnyalah yang memperkenalkan narkoba kepadanya. Ayahnya mengatakan jika narkoba membuat hubungan dengan sang anak menjadi lebih baik dan lebih dekat.

 

Dipenjara Sebanyak Tiga Kali dan Harus diceraikan Istri

Penjara mungkin menjadi momok menakutkan bagi beberapa orang yang terlibat dalam kejahatan namun tidak kepada Robert. Jeruji besi akrab bagi dirinya bahkan dalam beberapa talkshow dirinya mengatakan jika penjara adalah rumah kedua baginya di masa lalu. Pada tahun 1996 Robert Downey junior harus kembali masuk penjara untuk kedua kalinya dikarenakan dia terbukti mengkonsumsi heroin hingga ia harus menjalani hukuman beberapa bulan kala itu.

Setelah bebas dari penjara dia kembali membuat ulah karena tak sadarkan diri masuk ke dalam rumah tetangganya dengan pengaruh alkohol berat serta menggunakan senjata api. Hidupnya kala itu benar-benar buruk. Lebih parahnya ia juga harus mendapatkan gugatan cerai yang dilayangkan Istrinya Deborah Falconer yang sudah tidak tahan dengan tingkah laku dari sang suami. Namun pada tahun 2001 silam ia memutuskan untuk menjalani rehabilitasi dalam kecanduan terhadap obat-obatan. Selepas itu dia pun pergi mencari seorang guru Wing Chun berlatih mengendalikan dirinya dari pengaruh obat-obatan. Tidak hanya itu dia juga berlatih Meditasi, Yoga hingga Bodybuilding sehingga membuat dirinya lebih aktif dan menjadi lebih sehat.

Guru Wing Chun nya bahkan amat terkejut ketika Robert datang menemuinya ia merasa melatih seseorang yang terpengaruh narkoba dalam beberapa tahun adalah hal yang mustahil, Iya juga sempat berpikir akan sulit jika Robert Downey akan berhasil sembuh dari kecanduannya. Dia juga pernah mengatakan jika sang aktor memohon kepadanya untuk mengajarkan bela diri Wing Chun.

“Itu masa kelam baginya ketika itu saya melihat dia (Robert) seperti mayat hidup. Saya tidak merasa dia mampu melawan kecanduannya terhadap obat-obatan.”

Namun ia melihat jika Robert memang memiliki niat kuat untuk berubah. Perlahan sang Iron Man berhasil keluar dari obat-obatan dan sukses sebagai pahlawan Superhero dalam bentukan film Marvel.

“Ketika saya mengajarkan bela diri kepadanya dia terus belajar dari hari ke hari dan tekad yang kuat. dia melatih kekuatan mental dan rasa frustrasinya. Tekadnya sangat kuat kala itu meski kau tak yakin ia bisa lepas dari kecanduan itu.”

Lepas dari kecanduan pada 2004 membuatnya langsung melakukan casting terhadap beberapa rumah produksi film. Ketika itu ia berhasil lolos dari casting dalam peran Tony Stark. Dan pada tahun 2005 film Iron Man berhasil dirilis dan menjadi perhatian dunia, nama Tony Stark pun berjaya hingga sekarang. 

 

Lazio Siap Lepas Milinkovic-Savic Dengan Harga Lebih Terjangkau

Klub asal Serie A  Lazio diberitakan siap untuk menurunkan bandrol transfer gelandang mereka Sergej Milinkovic-Savic yang tengah menjadi buruan banyak klub top eropa.

Tampaknya pihak Lazio sendiri sudah ikhlas untuk menjual gelandang andalan mereka pada beberapa musim terakhir. Nama Milinkovic-Savic sendiri sudah tak asing dalam sepak bola Italia,mengingat pada musim 2017 dia merupakan salah satu gelandang terbaik Serie A. Hingga membuat klub seperti Real Madrid, Barcelona  dan raksasa Inggris Manchester United tertarik untuk mendatangkannya.

Namun keinginan Manchester United mendaratkan ke Inggris terganjal biaya transfer yang begitu mahal. Management United menilai harga 100 juta euro yang dipatok oleh pihak Lazio tidak wajar mengingat sang pemain hanya bersinar pada musim tersebut.

United pun mundur perlahan-lahan sehingga tidak jadi membeli Milinkovic-Savic. Tapi pada musim ini Ole Gunnar Solskjaer kembali menghidupkan minat klub untuk mendatangkan Savic ke Old Trafford. Alasannya karena Solskjaer sedang kekurangan amunisi dilini tengah usai ditinggal Ander Herrera dan Marouane Fellaini pada musim lalu. Belum lagi  klub juga masih melihat kemungkinan Paul Pogba pergi pada musim ini.

Sementara dilansir oleh Gazella Dello Sport menyebutkan jika Lazio sudah memantapkan untuk melepas Sergej Milinkovic-Savic melihat kondisi sang pemain yang mengalami penurunan performa pada musim lalu. Mereka takut jika  kembali tampil melempem pada musim ini maka hal tersebut bisa mempengaruhi harga sang pemain. Kini management Lazio siap menerima tawaran sekitar 70 juta euro untuk pemain berusia 25 tahun.

Manchester United sendiri sedang dikaitkan dengan gelandang milik Sporting Lisbon, Bruno Fernandes dan pemain muda Newcastle United Sean Longstaff. Akan tetapi kemungkinan kecil Setan Merah akan merekrut Longstaff melihat harga sang pemain yang menyentuh angka 50 juta poundsterling dengan dirinya masih mengalami cedera ligamen lutut.

Tidak hanya sampai disitu kabarnya Chairman MU, Ed Woodward juga sedang dalam pembicaraan mengurus transfer pemain bertahan Leicester City, Harry Maguire yang disebut-sebut akan menjadi bek termahal di dunia dengan biaya transfer mencapai 90 juta poundsterling.

Movie Review: Alita: Battle Angel (2019)

This film is a Hollywood adaptation of Yukito Kishiro’s manga released in the 90s. For almost two decades, James Cameron tried to develop it, but unfortunately stopped when he chose to focus on Avatar which later became the best-selling film of all time. Now he only only acts as (one of) script writers and producers, with Robert Rodriguez as the director. You might be surprised to see how Rodriguez, the director who gave us Desperado, Spy Kids, and Machete, could easily enter the realm of a massive scale blockbuster.

It should be a city called Iron City in 2563. Iron City is a slum city that survived after a major disaster called the Fall. The population is crowded and it is said that all people from all corners of the earth gather here to find work. His job is anything, whether it is supplying energy, gardening or becoming a mercenary, the main thing that contributes to supporting Zalem’s operations, the mysterious city that hovers over Iron City. In other words; Iron City is a slave to Zalem.

At the Zalem dump in Iron City, our main character is found by Dr. Dyson Ido (Christoph Waltz), a mechanic who specializes in making and repairing robotic organs or cyborgs. Iddo put his body to the head of our main character who turned out to be active, then gave him the name Alita. Alita doesn’t remember anything, but somehow her muscle memory holds tremendous fighting ability.

Alita is not a cyborg with the appearance of Ghost in the Shell, say, Scarlett Johansson. Thanks to the sophistication of cinema technology today, Alita is presented as a photorealistic CGI creation, perhaps coupled with motion-capture assistance, which has a thick body and superbelo eyes. Maybe all of you want to pay homage to the manga. It looks strange, but a few minutes later I got used to it. The expressive delivery of dialogue from the cast, Rosa Salazar, enlivens Alita to be more than just a flat character.

Movie Review: Dragon Ball Super: Broly (2019)

Dragon Ball Manga is probably the first shonen manga to have spectacular success globally. But more importantly, Dragon Ball is the father of all the shonen we meet today. If traced in genealogy, Dragon Ball seems to be in the top position. He pioneered all the standard characteristics we see in all shonen: power-ups and epic battles. In order to respect tradition in order to stay sustainable, all the contents of Dragon Ball Super: Broly are all about that.

Remember how the majority of characters can add strength to various Super Saiya levels, where do they experience hair changes ranging from yellow, red to blue? It’s so much and that the latest power-up mode is so high, it feels like there’s nothing stronger than that. Who would have thought, this film still has one more.

In order for this strongest mode to come out, it must be provoked by the strongest enemy too. His name is Broly. Old fans must know, because he appeared in the 11th film, Dragon Ball Z: Broly – The Legendary Super Saiyan. The story is relatively not directly related to Goku et al, but thanks to the background made directly by Toriyama, Broly is now in the continuity of the main story of Dragon Ball.

With this, Toriyama also managed to create the coolest characters in the history of Dragon Ball. Broly is a super strong character (even her raw strength can bulldoze sympathetic Goku and Vegeta at once). He does not like to show off strength, let alone fight * cough Goku et al *. The reason was duel solely because of manipulations from his father, Paragus, and the evil Frieza.

The beginning was when the planet Saiya was colonized by Frieza. Frieza, threatened by Saiya’s existence, decided to destroy the planet and its contents. Goku and Vegeta were saved by being sent to earth. But before that, Broly’s baby and father had been sent first to an isolated planet called Vampa. There, Broly grew to become a very tough Saiya man. Until then, Frieza found him and sent him to earth for a duel against Goku.

Review: Mirai By Mamoru Hosoda

All Hosoda films are simple family dramas wrapped in really anime fantasy packages. But Mirai is the smallest film. In comparison, we have to jump back to 2006 through the film The Girl Who Leap Through Time, the most domestic taste of all Hosoda films, and Mirai is much more domestic than that. The story is only struggling in a simple little family. Point, no where else. But since this is a Hosoda film, it is naturally natural that miracles will happen later and time will be deflected.

Maybe it’s because we only see from the point of view of the main character who is a 4-year-old boy. For such children, family is indeed the whole universe. His name is Kun (voiced by Moka Kamishiraishi). As an only child, Kun felt he was the center of the universe; the only people he and his mother pay attention to (Gen Hoshino and Kumiko Aso). Until then Kun arrived a sister named Mirai.

Kun tries to get tired of toys, crying, screaming, screaming while crying, but father and mother pay more attention to Mirai. Especially when the mother has to go back to work. The father must carry out double obligations; working at home (by the way, father is an architect) and caring for two children. Kun was increasingly ignored. So, Mirai means the enemy. And throwing enemies with toys is not taboo.

Really, this looks like any young family that has fussy children. Errors, all of his young families must be fussy. In his earlier, more ambitious film, the Hosoda proved to have the skills to provide a spectacular sequence of actions. And in this film, he successfully presents simple and intimate family dynamics. We can feel how warm this little family is.

Well, the miracle I said was here: in the middle of the house, there is a garden that can bring Kun adventuring across space and time. Here Kun meets several people from different times. The first is his dog, Yukko (Mitsuo Yoshihara) who apparently can turn into a human. Next, a middle school kid who turns out to be Mirai from the future (Haru Kuroki). Then, a mysterious macho man (Masaharu Fukuyama) who invites Kun on a horse and motorcycle. And a girl of the same age as Kun who hooked up was home.

It is not explained whether this really happened or just Kun’s imagination. The hosoda packs it in a dreamy sequence. It really doesn’t feel like something real kids can imagine at that age. But the point is through this encounter Kun got a big growing lesson from various generations in his family. There is an amazing scene in the climax where Kun gets lost in a giant station. He managed to meet the station officer robot, but was threatened to be brought to the loneliness because he could not remember any of the names of his family members.

Hosoda, who this time produced films only with his own studio, Chizu Studio filled Mirai with very very adorable details. The animation is bright, sharp and beautiful. Every detail of character movements is very noticed, and the behavior of the little ones in this film really feels natural. The house of this family is a distinctive character that is strongly tied to Kun, and he is depicted with clear geography. This minimalist modern house feels very warm, making us feel at home for a long time there.

Although the story is based on children’s glasses, I don’t know whether Mirai will really appeal to them in terms of essence. Of course, children will enjoy the funny pictures and animations, but their warm messages about the family will probably not be fully captured. I feel that this film is more a throwback to former children who want to reminisce about childhood. He reminded us again of how valuable the family is in a simple but very touching way.

Review: Cold Pursuit Starring Liam Neeson

Neeson plays Nels Coxman, an ordinary man who has just been awarded the “Best Citizen of the Year” trophy. His job is the driver of snow scrapers at the ski resort in Kehoe, Colorado. If not for Nels, the road there would not be able to pass by vehicles. This thick snowy plain is certainly a beautiful setting and is perfect for blood to grow.

The beginning of the case was the death of a Nels child. The post mortem results showed that the child died of an overdose. But as far as Nels, his son is not a user. Nels intends to commit suicide, but is canceled after learning that his son was actually killed by members of the drug cartel. Change plans; now he vows to kill all the cartel members, starting from the croco to the boss known as the Viking nickname (Tom Bateman).

You already know the procedure … or is that right? Indeed there will be many corpses falling, but not in the way you think you got from the action film Liam Neeson. Cold Pursuit is just a matter of killing lists. The scene of the action is in a secondary position. This film confirms that by displaying a list bearing the name and tacky nicknames such as Speedo, Limbo, etc. complete with the symbol of the cross, every character dies. Because there are many who leave for nature, we will often read the screen. Films even use this as a punchline later.

No widgets found. Go to Widget page and add the widget in Offcanvas Sidebar Widget Area.